Jumat, 08 Juni 2012

Hubungan Pengetahuan dengan Kecemasan Ibu pada dalam Perawatan Diare Anak (Study di Ruang Teratai RS.dr. R.Soeprapto)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penyakit diare masih sering menjadi salah satu wabah yang membawa kabar kematian terbanyak pada bayi dan anak-anak. Word Health Organization (WHO) mendefinisikan diare sebagai kejadian buang air besar dengan konsistensi lebih cair dari biasanya, dengan frekwensi tiga kali atau lebih selama satu hari atau lebih. Definisi ini lebih menekankan pada konsistensi tinja dari pada frekwensinya (Kemenkes RI, 2011).
Penyakit diare di masyarakat Indonesia lebih dikenal dengan istilah “muntaber”. Penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera diobati dalam waktu singkat (lebih kurang 48 jam) penderita akan meninggal (Triatmodjo, 2008). Pengetahuan ibu yang kurang, dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diare pada anak. Kurangnya pengetahuan akan menimbulkan kecemasan pada ibu. Maka dari itu, pengetahuan ibu sangat penting dalam perawatan anak yang terkena diare. Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan pada umumnya dan masalah kesehatan jiwa pada khususnya. Sejak lima tahun yang lalu dinyatakan oleh Word Health Organization sebagai tahun kesehatan jiwa. Pertimbangan ini sangat beralasan dengan study Bank Dunia, bahwa ternyata gangguan kesehatan jiwa  ansietas merupakan penyebab utama hilangnya sejumlah kualitas hidup manusia (Stuart dan Sudden, 2006).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada balita adalah Diare (post natal) sebesar 14% dan kematian pada bayi umur kurang satu bulan 41%. Kematian pada bayi umur kurang dari satu bulan akibat diare yaitu sebesar 2%. Hal ini terlihat bahwa Diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak didunia. Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tanggal 2 Desember 2008 di Jakarta mencatat, diare adalah penyakit penyumbang kematian bayi (usia 29 hari-11bulan) terbesar. Yaitu  mencapai 31,4% dari total kematian bayi. Diare juga menjadi penyebab kematian anak balita (usia 12-59 bulan) terbanyak. Tercatat mencapai 25,2% kematian balita di tanah air disebabkan oleh penyakit diare (Kemenkes RI, 2011).
Data yang diperoleh di Sub bagian Rekam Medik RS dr. R. Soeprapto Cepu Kabupaten Blora, menunjukkan bahwa jumlah klien yang menjalani perawatan dengan diare pada tahun 2010 sebanyak 385 orang dan tahun 2011 sebanyak 399 orang. Sedangkan data 3 bulan terakhir terhitung mulai dari bulan Januari sampai Maret 2012 sebanyak 116 orang, dengan rincian 96 klien rawat inap dan 20 klien rawat jalan di Poliklinik Anak.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari sampai Maret 2012 di Poliklinik Anak RS. dr. R. Soeprapto Cepu menunjukkan bahwa dari 15 responden yang berkunjung untuk memeriksakan anaknya dengan diare, 11 responden diantaranya memiliki pengetahuan yang buruk. Sedangkan 3 responden memiliki pengetahuan yang cukup dan hanya 1 responden yang memiliki pengetahuan baik dan paham tentang perawatan anak yang terkena diare. Banyak ibu yang terlihat cemas dan kawatir dengan kondisi anaknya. 9 dari responden menunjukkan cemas sedang. 4 responden menunjukkan cemas berat. Hanya 2 responden tergolong dalam kecemasan ringan.
Ibu dalam melakukan perawatan pada anaknya yang terkena diare membutuhkan penyesuaian mental, sikap, nilai dan minat baru. Selain itu dukungan social yang juga sangat penting serta mekanisme koping yang efektif. Hal ini perlu mendapat perhatian dari beberapa pihak baik dari keluarga, teman-teman sekelilingnya, warga masyarakat dan khususnya kita sebagai perawat guna mengurangi kecemasan dengan cara memberikan motivasi dan sebagai konsultan atau pemberi arahan. Dalam hal ini diperlukan peran perawat dalam upaya penanggulangan dan pencegahan masalah-masalah serta perubahan yang terjadi pada anak, khususnya anak yang terkena diare. Selain itu cara mencegah penyakit pada anak dimulai dari diri orang tua. Berikan contoh yang benar dengan menjaga pola hidup sehat. Bila orang tua menjaga pola hidup yang sehat, anak akan mengikuti dengan mudah. Orang tua ditekankan pada hal yang positif bukan negative.
1.2. Rumusan Masalah
“Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan kecemasan ibu dalam perawatan diare pada anak di Ruang Anak RS. dr. R. Soeprapto Cepu?”
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1.  Tujuan umum
Mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu dalam perawatan diare pada anak di Ruang Teratai RS. dr. R. Soeprapto Cepu.
1.3.2. Tujuan khusus
1.             Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan diare pada anak di Ruang Teratai RS. dr. R. Soeprapto Cepu.
2.             Mengidentifikasi kecemasan pada ibu dalam perawatan diare pada anak di Ruang Teratai RS. dr. R. Soeprapto Cepu.
3.             Menganalisis hubungan pengetahuan dan kecemasan ibu dalam perawatan diare pada anak di Ruang Teratai RS. dr. R. Soeprapto Cepu.
1.4.  Manfaat Penelitian
1.4.1.      Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan atau kontribusi tentang perawatan diare sehingga menambah khasanah keilmuan khususnya dibidang ilmu keperawatan anak. Serta dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam mengembangkan topik yang sama untuk penelitian lebih lanjut yang terkait dengan masalah diare.
1.4.2.      Praktis
Memberikan masukan bagi Rumah Sakit dalam membuat kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat, khususnya mengatasi masalah diare, dengan mempermudah akses bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar